Kamis, 16 April 2009

DARI SEBUAH POJOKAN (part 1)


Dari sebuah bangunan yang letaknya di pojokan, di sudut megahnya kampus Fakultas MIPA UGM. Sebuah tempat yang mungkin akan sangat aku rindukan. Karena dari pojokan itulah aku banyak belajar. Belajar berbagai hal yang sebelumnya belum pernah aku temukan.
Pojokan itu bukan laboratorium yang lengkap, atau ruang kuliah yang nyaman dan full AC. Pojokan itu hanya berupa sepetak tempat dengan 1 ruang utama, dan 1 ruang kecil yang tersembunyi di dalamnya. Sebuah kipas angin tua yang tergantung di langit-langitnya, amat memprihatinkan kondisinnya, bagaimana jika jatuh dan menimpa orang yang duduk di bawahnya. Tapi entah kami tak pernah berpikir se ekstrim itu, mungkin kipas angin itu terlihat begitu rapuh, tapi dia terus berputar memberi kesejukan kepada orang-orang yang membutuhkannya.Dan kami pun merasa nyaman saat berada di bawahnya, duduk melingkar mengatur konsep dan strategi agar kami bisa maksimal dalam mengabdi dan melayani.
Di sudut ruangan itu ada seperangkat kursi coklat, cukup empuk bagi kami untuk duduk, sekedar melepas lelah hingga tak jarang kami tertidur pulas menguapkan kepenatan di tubuh kami, atau mungkin di situlah ruang keluarga bagi kami. Tempat dimana kami bisa sharing dan menuangkan aspirasi.
Di pojok kiri ruangan, sebuah perpustakaan kecil, ada beberapa buku berjajar rapi. Tapi mengapa begitu sepi. Sepertinya jarang sekali salah satu dari kami duduk di situ dan membaca atau mungkin sekedar membuka buku-buku itu. Yah, inilah koreksi bagi kita semua, pemuda harapan bangsa, adalah pemuda yang mempunyai intelektualitas tinggi sehingga dia mempunyai kompetensi yang membuatnya mampu berkontribusi merubah kondisi bangsa menjadi lebih baik. Tak dipungkiri kecerdasan seseorang diperoleh dari proses belajar, dan proses belajar setiap individu berbeda. Akan tetapi faktor yang paling mempengaruhi wawasan seseorang adalah dari berapa banyak dia membaca, berapa banyak yang ia tahu dari membaca.
Kembali ke sudut lain sebuah rak tergantung di dinding, ada beberapa macam makanan ringan, kadang dalam waktu yang singkat, makanan-makanan itu lenyap, masuk ke dalam perut pastinya. Makanan-makanan itulah yamg membantu kami, menemani kesibukan. Disinilah bukti bahwa LOGIKA tidak bisa berjalan dengan baik tanpa LOGISTIK.
Di bawah rak makanan, setumpuk kaos sisa PASCAL, diatur tak terlalu rapi, tapi hampir setiap hari ada saja yang membeli. Inilah kerja keras kami, berwira usaha, mencari dana untuk mencukupi kebutuhan dalam menjalankan amanah di sini.Di sebelah rak itu, ada sebuah kulkas. Wah, ada barang mewah ternyata.Walaupun hanya titipan saja.Ya hanya titipan seperti amanah yang sekarang tengah kami pegang, amanah yang hanya sebuah titipan dari Allah yang harus kami jalankan.

bersambung...

Tidak ada komentar: