Kamis, 10 Juni 2010

Catatan Harian Bendahara BEM ( part 2 )

Hari ini, entah hari ke sekian menjadi bendahara bem, entahlah,, apa yang harus dituliskan lagi. Tapi cukup menyenangkan juga jika saya datang di BEM, dengan suasana begitu ramai dan....sekian banyak bocah hilir mudik berdatangan ke saya bertanya apakah SPJnya sudah benar apa belum.
Enam bulan, hampir deng...hampir enam bulan di BEM????

Misi saya sebagai bendahara bem memang tidak muluk-muluk, hanya saya ingin semua manusia yang mengaku aktif berorganisasi entah di BEM entah di lembaga lain, paham bagaimana membuat dan mencairkan dana dengan benar, dan menggunakannya untuk hal yang bermanfaat. Saya pikir sebenarnya itu salah satu pencegahan korupsi, biasanya orang korupsi kan ada sebabnya, bisa jadi seseorang melakukan korupsi selain karena dia serakah, tapi juga karena tidak tahu sistem yang berlaku. Ah.....birokrasi, memang kadang-kadang mempersulit diri.

Ngomongin korupsi????? Ckakaka.....saya hanya ingin tertawa, setelah membaca buku "Memahami Untuk Membasmi" buku yang saya dapat waktu P4T 3 tahun lalu,,,,(tapi baru dibaca sekarang ). Korupsi memurut aturan Tuhan tidak sama dengan Korupsi menurut Undang-undang buatan manusia ternyata.Hmmmm...atau saya butuh membaca ulang buku ini, atau saya perlu bicara banyak dengan Cyntia, Wiwin, Pandhu, Mega...ah...anak-anak advo yang kemarin sore menginspirasi saya sesuatu hal.

Ngomongin korupsi???? Jadi ingin memeberikan klarifikasi. Beberapa bulan yang lalu, rating saya naik, sedikit terkenal, karena apa???? Karena ada gosip, tentang "uang yang di tilep lah", "bem korup lah" dan entah apalagi itu....saya tidak membaca semua tulisan yang di tempel. Cukup "mengharukan", karena pasca gosip itu beredar, banyak orang yang datang memberikan dukungan terhadap saya,mengutuk perbuatan si pelaku yang mungkin cukup biadab, meskipun tidak sebiadab Israel. Jadi pengen ketawa sendiri, betapa banyak orang menganggap saya sosok yang baik,,,,apa tidak ada sedikitpun keingninan untuk ber-negative thingking, saya kan juga manusia, siapa tahu ada salah juga to....

Dan yang lebih seru lagi, bulletin yang kedua....jiah....membaca tulisannya membuat saya tertawa. Saya sangat mengenali tulisan si pelaku,.....jelas amat sangat terlihat. 

Dan lagi-lagi, begitu banyak orang berdatangan ke saya, turut berduka, yang bilang...

"Sabar,,,yak...."

"duh...sedih banget sih...."

dan lain sebagainya.

Ga cuma anak BEM, DPM , atau lembaga mahasiswa, sampai yang study oriented aja, berbela sungkawa ke saya...

Untuk beberapa saat....

"bingung"

"heran"

"berduka untuk apa? berbela sungkawa untuk apa?"

Jawaban mereka

"Habis pu....kamu harus menghadapi yang kayak gituan, berdarah-darah, banyak konflik, banyak masalah"

Saya...jadi berpikir

" konflik, masalah....yah mungkin...tapi buat saya ucapan bela sungkawa ini justru menjadi masalah daripada issue yang beredar"

Saya tipikal orang yang tidak suka dikasihani, apalagi kondisi saya di bem fine-fine aja, tidak sedih, jikapun saya punya alasan untuk bersedih di bem sepertinya bukan tentang itu, dan kayaknya harus dicari-cari dulu, kapan saya merasa sedih di bem, ( habis pascal 2009.....hahaha)

Jadi klarifikasi ini saya lakukan agar orang-orang tersayang di sekitar saya tidak "lebay" dan "bercucur air mata":

1. Saya pribadi sebagai bendahara bem tidak menilep uang bem, karena tidak ada yang bisa di tilep lah wong uangnya cair setelah SPJ

2. Selama ini program kerja bem dibiayai dengan penalangan terlebih dahulu dengan menggunakan kas bem. Kalau kas bem abis pakai duit ketua bemnya, duit sekjendnya, duit staff,,,,silahkan ditanya pada yang bersangkutan.

3. Jika di tengah jalan ada kucuran dari dekanat, itu karena ada lobby lagi dari bendahara umum,jika teman-teman lembaga lain menginginkan hal yang sama, ya monggo silahkan lobby sendiri dengan dekanat, kan "panjenengan" sendiri to yang tahu seberapa penting dan butuh keuangannya,jauh lebih menguasai....(masalahnya banyak yang takut untuk ke dekanat kie, takut ke dekanat bukan salah bendum kan....)

4. mengenai laporan keuangan,saya justru bersedia memberikan jika gosip itu mereda. Saya tidak ingin memberikan didikan untuk anak bem, bahwa mereka membuat laporan keuangan karena issue, bukan karena rasa takut, bukan karena di tekan, saya tidak menyukai pemimpin yang memberikan "press" besar ke staffnya meskipun hasilnya biasanya bagus, tapi tidak menanamkan tanggung jawab, kesadaran diri dan sebagainya.....

5. Untuk orang-orang tersayang, berhenti mengasihani saya, mengucapkan duka cita saat bertemu, dan menganggap saya sebagai makhluk teraniaya. Saya baik-baik saja, saya tidak merasa teraniaya, kasihanilah diri anda sendiri saja....haha....Mari kita bicarakan yang lebih penting dari itu salah satunya "cari jodoh" hahahaha.........( make a wish tadi pagi)

6. Untuk si pelaku...maaf jika banyak orang mengutuk perbuatan anda, saya ga nyuruh koq...padahal dimata saya anda begitu baik, anda mengenali betapa banyak orang yang sudah teracuni oleh infotainment negatif. Jadi mereka baru "terbangun" dari "tidur" saat ada berita buruk di sebar, misal gosip artis kawin cerai, video mesum, atau apalah ketimbang Indonesia yang memiliki professor yang karyanya di pakai oleh NASA. Sama mereka baru terbangun ketika ada berita burung seperti ini tapi merem saat ada banyak tawaran kebaikan ....

Jadi inilah klarifikasi dari saya, males konferensi pers.....

Tentang BEM

Memutuskan untuk menuliskan sebuah kisah pribadi tentang BEM MIPA adalah sebuah pilihan berat bagi saya. Sepintas seperti sebuah CurCol alias Curhat Colongan, sama persis dengan update-an status facebook yang kadang terlalu tidak penting dan sebatas curahan emosi yang tidak terkontrol. Atau, sama dengan tidak mutunya seorang artist yang menulis kisah hidup pribadinya untuk di jual dan memberikan keuntuingan pribadi. Namun saya bukanlah seorang artist dan cerita tentang diri saya bukanlah suatu komoditas bisnis yang pantas untuk di tampilkan dalam tayangan infotainment. Tapi di satu sisi, saya bukanlah seorang pengukir sejarah, yang begitu hebatnya memberikan catatan emas untuk orang banyak, saya hanyalah salah satu bagian dari sekian banyak orang yang memimpikan menjadi pengukir sejarah, tapi dia sendiri tak pernah tahu dan berusaha mencari tahu dimana dia menyimpan pena emasnya. Aih, kadang saya pikir saya tak jauh beda yang dengan seorang pecundang.
Perjalanan di BEM memang saya lalui dengan indah, saya sebut indah meskipun ada juga waktu yang bisa dibilang berdarah-darah. Tapi karena lebih banyak senangnya ya sudah ...lupa...hehe.
Waktu mendaftar sebagai anggota BEM saya masih tak jauh beda dengan kebanyakan orang, pengen ikut, karena pengen dapat banyak pengalaman, dapat banyak teman. Saya belumlah menjadi sosok-sosok hebat yang menghiasi BEM dengan alasan untuk berkontribusi dan memberikan segala hal yang dia mampu agar BEM jadi profesional, hebat, dan lain sebagainya. Aih, saya hanya bocah ingusan berusia 17 tahun yang suka nangkring di kursi depan. Ngga ngerjain apa-apa, cuma numpang mejeng, biar keliatan "ini lo...gw anak BEM"
Tahun pertama di BEM boleh dibilang saya ga ada masalah besar. Saya mendapatkan apa yang saya mau. Jadi ketika ada pertanyaan dari Sekjend BEM 2006 dalam wawancara, "apa yang akan kamu lakukan jika ternyata BEM tidak bisa memberikan apa yang kamu inginkan?", tidak terjawab dengan sempurna. Kenapa???? Karena jawaban hanya disampaikan dengan lisan, tidak dengan benturan langsung dengan kenyataan.
Jawaban yang mungkin sama dengan yang saya berikan kepada seseorang yang bertanya,"jika saya melakukan kesalahan dan orang se MIPA menyalahkan saya, apakah kamu juga akan ikut menyalahkan?"
Yang pasti tahun pertama alias semester pertama di Jurusan BEM saya lalui dengan fun, fun, dan fun. Nulis, wawancarain orang penting, bikin mading, hunting foto, belajar fotografi meskipun cuman bentar sama mbak Icha, diajak ke Malioboro ngejar-ngejar orang aksi, bikin bulletin, didelegasikan ke Research Week, dan banyak lagi. Tapi intinya semua hal yang saya lakukan masih sebatas saya suka dengan apa yang saya kerjakan, saya senang, saya dapat ilmu baru, tapi tidak tahu apakah saya sudah memberikan yang terbaik untuk orang lain.
Lucu rasanya kalau ingat begadang sampai malam di kostan Devy yang lama, barengan sama Alfi Bochiel, menghadap satu komputer, bah...jadul banget, masih pakai komputer, ga kayak sekarang, kalau saya, alfi, dan devy ngumpul pasti mngeluarkan senjata dari ransel masing-masing....Laptop-laptop kami...hihi....
Tiga orang konyol dikumpul jadi satu, ya udah jadi deh...hehe. Lucu kalau ingat tema mading kami dulu, pas mau nampilin foto kabinet, kami bertiga sepakat membuat tema "Senyum Pepsodent" meskipun mading kami tidak di sponsori oleh pepsodent...Jadi kami mencari foto Kabinet dan PH yang Giginya wajib kelihatan...dan sayang sekali, tidak semua orang sadar betapa kami menonjolkan si "gigi " itu ketimbang esensi dari susunan kabinet. Hihi...dulu nakal sekali ya...
Kerja terbesar kami adalah menginisiasi mading semua lembaga untuk di tempel di papan kaca...horeee....keren kan, waktu itu saya terinspirasi dengan grafitty di semarang yang puaaaaaanjaaaaang banget, gimana kalau ada mading yang puaaaaaaaanjang aja deh, ga usah pakai banget,semua lembaga tunduk dan patuh mengerjakan mading untuk kami, jadinya keren deh...menurutku, kalau menurutmu terserah....
Yang nyebelin di tahun pertama adalah bikin SPJ, aseli....bener-bener bikin jengkel, sudah dibuat salah, sudah dibenerin, eh salah lagi, mana ga semua toko punya stempel lagi, huh...kesel. Udah gitu kalau notanya ilang...huwaaaaaa.....ga-ga....;jauh-jauh aja deh dari kerjaan yang merknya "bendahara departement"...dan yang pasti males-malesan nemuin mbak alma, takut SPJnya dicoret...ampuni aku mbak Alma peace....
Masuk tahun kedua di BEM, masa-masa dibawah kepemimpinan mas Aza, mulai belajar dengan banyak konflik, hihi.....mulai belajar tentang kerja-kerja amal, keikhlasan, meskipun sebenarnya yang dikerjain adalah apa yang disukai, eh ga juga ding...
Yang pasti ngerasa masih punya banyak teman, satu departemen dengan Uus,yang sudah cukup kenal, waktu itu cukup kenal bukan kenal banget. Pindah ke departemen Kastrat ternyata cukup sulit juga, sedikit beda dengan Ristek, apalagi berpartner dengan Uus yang sudah dididik ala advokasi,huah....adaptasi banyak deh...
Bikin proker, haaarggg...saya yang biasanya tinggal menjalankan ternyata harus belajar merancang, pakai rebutan segala sama advokasi, aneh...eh ga ding...justru itu orang-orang luar biasa berebut amalan...haha.
Kerja bareng pertama ya, Up Grading, baru merasa kenal dengan sebagian orang, oh yang itu anaknya kayak gitu to, yang ini anaknya kayak gini to, meskipun mulai ada konflik, misal : Sabtu pagi Up Grading, Jumat siang ibu saya telpon ayah saya kecelakaan, aaarrrrrggghhhh.....bener-bener diantara 2 pilihan,tapi waktu itu konflik antara keluarga dengan lembaga belum separah sekarang. Maksudnya ayah saya tidak melakukan trik konyol biar saya sering pulang seperti sekarang.
Lepas Up Grading, langsung deh, waktunya diforsir, dikejar bulletin yang harus terbit, kalau ga terbit kan nanti mau diambil advo ( peace rief^^), ga rela, ga rela....menghadapi virus,dan masalah-masalah lain pun berdatangan, ngumpulin Komed, yang jujur saya dulu ga tahu harus membawa dia ke arah yang mana, dan menjadi "kakak"yang baik buat anak 2008, padahal di rumah adek saya jadi "abang."
Eh...sudah gitu ditambah diminta jadi Panitia Sembilan. Pas di awal sih Koor Media doang, lah koq minggu depan nambah jadi Sekretaris dan Bendahara. Huh...ga mau!!!! enak aja, nyuruh ga bilang-bilang dulu, ga fair...loh...loh...
Kanak-kanak sekali deh waktu itu, pakai nangis -nangis segala di kursi sova BEM yang sekarang patah, hahaha.....kalau sekarang ketawa-ketawa ya...
Di sinilah karier ke Bendaharaan saya dimulai, kalau jadi bendahara itu harus ikutan ngeplotin, megang uang 500 ribu yang bukan uangnya,jadi tahu apa itu DPP SPP, apa itu Kas Bon, tapi ga tahu proses Kas Bon itu gimana, jadi ngerti kenapa harus ada proposal buat nyairin duit, gara-gara proposal hasil karya saya yang asli tidak menjiplak ditolak oleh mbak Bendum waktu itu, karena...kelamaan hom pim pah sama ketua Panitianya ga mau naikin ke dekanat, hu,,,waktu itu masih menganggap Pak Dekan serem, padahal jelas ganteng gitu loh...becanda deng...hu...itu alasan saya sekarang menunggu anak bem untuk bikin proposal tanpa menjiplak dan berani ngasih ke dekanat sendiri, saya tunggu deh ga saya tolak....pas masa itu juga tahu tentang penalangan, dan gimana kalau uang kurang,,,ah...seharusnya saya sudah berpikir sudah ada yang mentargetkan saya jadi Bendum Bem tahun depan, tapi koq ya ga sadar to. Masalah SPJ waktu itu sudah clear, sudah tidak seperti masa awal di BEM. Apalagi laporan keuangan...ihiy...rapi sekali....
Yang bikin repot, paling nagihin orang bikin LPJ, sama repotnya dengan nagihin SPJ....hahay....
Masa selanjutnya saya lebih dibesarin di kerjaan administrasi ketimbang media, meskipun ikut klubnya Pak Yusuf Maulana, dan itu sangant banyak memberikan saya ilmu pengetahuan, tapi tetep aja, kerja saya lebih banyak di bidang admin, apalagi masuk Pascal 2009, saya sukses mencitrakan jadi SE itu enak, padahal,,,sebenarnya ribetnmya juga sama dengan bendahara, masa itu adalah masa dimana saya muali sering diajak ke dekanat, diajak lobby uang, ke bagian keuangan, katanya si SE, tapi kenyataan ngurus uang saya juga punya andil,saya sudah dididik sejak saat itu. Hmmmmm.....
Pasca Pascal saya menderita kejenuhan, sedikit bermasalah, males ke BEM, ga mau bikin bulletin, dan merelakan anak Advo yang ngerjain.....payah!!!!!
Udah males banget sama BEM, BEM ga ngasih apa yang saya mau, dan di sinilah semua itu teruji...
"Jika kamu tidak memperoleh segala sesuatu yang kamu inginkan, apa yang akan kamu lakukan?"
"Apa sih tujuan kamu di BEM?"
"Selama ini bener ga yang dilakuin kerja-kerja amal?"
"Bener....?????"
ahhhhh....perang berkecamuk di kepala saya waktu itu....
Dan...
Pilihan tetap kembali ke BEM, mengisi salah satu peran sebagai Bendahara Umum. Meskipun diawalai dengan beruarai air mata, tapi akhirnya pilihan itu diambil juga. Merasa asing dengan orang baru di BEM, asing dengan ketua baru, karena orang yang jadi ketua BEM sebelumnya belum pernah jadi ketua saya, duh kayaknya menyesal deh si Irwan punya bendum macem gini....
Tapi sekali lagi....pilihan tetap di BEM
Bukan BEM yang butuh saya, tapi saya butuh BEM. Jika saya ga mau jadi Bendum BEM, banyak koq orang yang bisa mengisi peran tersebut, dan mungkin jauh lebih baik dari saya. Saya pikir saya bukan yang terbaik, hanya orang yang terpilih. Memasuki hari ke 161 ini cukup banyak yang bisa saya petik hikmahnya, boleh dibilang ini seperti evaluasi Tengah Tahun, kebayang ga sih waktu pertama kali mencairkan uang untuk konsumsi mahasiswa saat debat TVRI, saya lompat-lompat sendirian di tangga dekanat, meskipun saat sampai di BEM sok-sok elegan dan sadis jalannya. Ketika bertemu dengan para ketua lembaga, jujur saya sempat kecewa, waktu itu yang saya lihat sekian banyak pimpinan itu meyakinkan saya untuk ber"disiplin" dalam mencairkan dana, dan berharap saya memberikan jatah yang besar untuk lembaga m,ereka. Tapi masalah kedisiplinan ternyata sempat mengalaami "nol besar",susah digerakin, meskipun ada juga lembaga yang tepat janji, sempat ngamuk-ngamuk ga jelas, nganggap mereka itu "pria-pria menjengkelkan" padahal saya sendiri juga " Jeng Kelin" huihi....nmereka :Mas Salah saja ya....peace...hanya mau jujur....
Kecewa juga dengan salah satu departemen bem yang saya jatah besar, karena saya mempounyai harapan yang besar departemen itu bia berkembang pesat,tapi justru departemennya bermasalah, sempat kecewa juga dengan bendahara lembaga yang kurang bisa mensosialaisasikan proses pencairan dana, ke bawahan, sehingga saya harus turun tangan ke "jalan". Kecewa dengan dalam BEM sendiri yang susah banget buat digerakin pencairan danya, buat dibuat transparansinya, kecewa dengan teman-teman DPM yang kurang mengerti cara menghadapi orang Koleris Melankolis dan cenderung Perfectionist seperti saya, kecewa sama Ketua BEM, karena kadang ga ada di saat saya butuh,kecewa karena sering dibanding-bandingin dengan Bendum tahun lalu, kecewa...dan kecewa....
Tapi semua itu hanyalah pilihan, jika ada pilihan yang lebih baik daripada kecewa kenapa tidak diambil. Bendahara-bendahara departemen itu sama seperti saya 2 tahun yang lalu, butuh waktu untuk membuat SPJ tanpa cacat, ketua-ketua itu juga sedang belajar untuk menjadi pimpinan yang baik, dan bisa jadi mereka jadi ketua pun juga karena terpilih bukan karena mereka terbaik, tidak semua bendahara lembaga diajari public speaking, mereka tidak seberuntung saya yang sudah did didik dengan llobbying, negosiasi dengan dekanat, dan sebagainya, DPM juga bukan psikolog, jadi mereka perlu juga belajar mengawasi seorang Koleris Melankolis seperti ini, ga langsung bisa mengawasi setelah sekali bekerja sama tentunya, dan dengan ketua BEMnya...ketua itu sibuk ya...wjar koq jika saya harus lebih mandiri,
Dan seperti kata Sekjend BEM 2010, " nikmatilah BEM dengan cinta"....cinta pada kebaikan, menyibukan diri dengan hal yang baik, merupakan salah satu bagian dari perjalanan di BEM ini, jadi kenapa tidak????
Cinta memang tak selama nya merah muda
Kebaikan tak selamanya langsung terasa manis saat dikecap dengan lidah.....
Begitu pula di sini, semoga bisa menyelesaikan Tugas Akhir Fakultas BEM MIPA, dan mempresentasikan Skripsi LPJ nanti saat SUM dengan baik,
Semangat!!!!!!

Sabtu, 08 Mei 2010

catatan kecil saja-->tentang uang (1 )

Desember 2009
Akhir tahun, ahh...rasanya biasa saja. Tak ada "greget" atau sesuatu yang bisa dirasakan seperti kebanyakan orang. Persiapan resolusi, persiapan terompet, jalan-jalan ke luar kota, akhir tahun yang di isi dengan menghambur-hamburkan uang atau apalah...entah di dunia ini saya mengenal begitu banyak orang yang terus dan terus mencari suatu situasi yang layak disebut dengan "bahagia", "happy" atau arrgggg...whatever you say.Yoi...yang penting happy. Tanpa pernah mengerti sebelujmnya apa definisi dari bahagia itu sendiri. Sebenarnya bahagia itu apa sih???? Itu juga kadang masih menjadi suatu perdebatan yang tidak penting untuk dilakukan. Ada yang menyebut bahagia itu tidak untuk dicari tapi diciptakan, ada yang menyebut bahagia itu dengan melakukan banyak hal buat orang lain. Yapz....jadi merasa berguna bagi orang lain, atau di satu sisi justru ada yang mengatakan bahagia itu ya rasa senang yang kita rasakan ketika kita pergi jalan-jalan dengan orang-orang yang kita sayangi, punya banyak hal like mobil mewah, laptop mewah, uang banyak, punya pulau pribadi, jet pribadi kayak di sinetron tivi yang menurut saya kadang terlalu berlebihan dan terlalu absurd untuk saya lihat dalam kehidupan pribadi. Ironis memang meskipun hidup di kalangan masyarakat menengah ke atas, tapi fenomena uang saku jatah hidup satu bulan sudah habis di pertengahan seperti hal yang wajar. Ternyata semakin banyak harta kekayaan yang kita miliki semakin banyak hal yang kita inginkan. Besar pengeluaran kadang tak sebanding dengan pendapatan. Dan pengeluaran yang besar itu juga dipengaruhi oleh faktor prestise, gengsi, dan saudara-saudaranya...
harggg...kali ini saya ingin bicara tentang uang. Bulan ini saya harus membiasakan diri dengan uang. Uang, uang dan uang. ...
Mengapa harus aku?
Mengapa harus uang???
Aih....aku tak punya banyak alasan untuk menolak, meski hatiku tak bisa menerima.
Harus diapakan uang sebanyak ini...
untuk hal-hal yang berguna..
Lalu makna dari berguna itu apa, makna berguna itu relatif juga kan, Sama relatifnya dengan makna bahagia itu sendiri. Ahhh...apakah sebagai orang sains saya juga harus menyelesaikannya dengan berdasarkan teorema relatifitas einstein. Terlalu bodoh dan membuang - buang waktu sepertinya. Tidak tepat...tapi waktu terus berjalan cepat. Dan uang ini harus segera di urus, sebelum dia semakin tak terurus, tercecer entah kemana...

Catatan tentang uang desember 2009

Kamis, 04 Maret 2010

Betapa Nikmat Allah itu begitu banyak....

Betapa nikmat yang diberikan oleh Allah itu luar biasa banyaknya. Begitulah yang pu rasakan di bulan maret ini. Subhanallah, ditengah kesibukan membangun BEM,,hmm indah juga ternyata rasanya. Kembali disibukan dengan banyak aktivitas. Aktivitas yang diniatkan untuk Allah. Indah rasanya...manis pokoknya...hehe

Minggu, 14 Februari 2010

FILOSOFI KUE

Tulisan ini di dedikasikan untuk orang-orang besar yang telah membesarkan saya :

Saya suka kue, karena kue itu manis. Kue itu enak, kue itu mengenyangkan.

Saya suka kue karena kue membuat perut saya kenyang, kue bisa membuat badan saya lebih besar.

Kamu suka memberi saya kue...

Tapi...

kue yang kamu buat tidak enak di lidah, membuat saya mual, saya ingin muntah...saya tidak mau makan kue pemberian kamu...saya ga mau....

Kue yang kamu beri "kue penghujatan", "kue kemarahan""kue kedisiplinan",dan kue-kue lain yang membuat perutku bergolak...

saya tak tahan saya ingin muntah...sekarang...sekarang...

Sekarang....

bukan sekarang...

tapi kemarin....

bukankah muntah adalah efek orang yang tidak mampu mengendalikan masalahnya....

seperti katamu kemarin,,,mengapa saya harus muntah..

jika air putih mampu menetralkan lambung yang terlalu asam, air liur yang terlalu basa...

Mengapa harus muntah jika kue ini mengandung banyak gizi, banyak vitamin, banyak mineral, yang membuat saya lebih kuat dari sebelumnya..

Membuat saya lebih tenang, membuat saya lebih sehat, lebih kuat dan sanggup memberikan yang terbaik...

Saya mau kue lagi...biar saya bagi dengan yang lain...

atau ajari saya membuat kue...biarkan saya buatkan orang lain kue-kue seperti yang kalian buat, biar mereka kuat, biar mereka sehat dan membuat dunia menjadi indah dan surga di tangan mereka.

Rabu, 13 Januari 2010

MENJADI DEWASA ITU BAHAGIA

Beberapa hari yang lalu ada seorang adik tingkat yang protes terus ke saya. Dan yang sedikit tidak mengenakan dia protes sebelum menanyakan ke saya, mengapa saya tidak melakukan hal yang dia inginkan, tetapi langsung menyalahkan, dan memojokan saya, bahsa kerennya menghujat. Setelah ngobrol, mendengarkan semua hujatannya dan memberikan jawaban dan penjelasan, sambil meringis malu,"maaf, mbak ini proses saya menuju dewasa"

Saya hanya tersenyum, sadar bahwa kemarin mungkin saja saya melakukan hal yang sama. Memprotes ke orang-orang yang dianggap lebih dewasa dengan membesar-besarkan,"orang dewasa harusnya lebih paham". Meskipun justru setelah sekian lama termenung saya sadar, saya yang tidak pernah mencoba memahami bagaimana cara mereka memahami saya.Kemarin saya berpikir dewasa itu jarang ada bahagianya. Tapi....

Selama ini saya selalu berpikir, masa paling bahagia, masa paling menyenangkan adalah masa kanak-kanak atau setidaknya masa remaja yang masih bisa dianggap masa kekanak-kanakan. Bagaimana saya berpikir masa-masa itu tidak indah. Saya tidak punya pikiran-pikiran yang membuat otak saya ruwet, segala sesuatu yang saya rancang dalam jalinan syaraf-syaraf otak saya hanyalah sesuatu yang simple. 

Dulu ketika saya masih berusia 5 tahunan, setiap bangun pagi, yang saya pikirkan adalah berangkat ke sekolah, mandi dulu, kalau masih kedinginan, minta air panas, dan bunda pasti akan menyanggupinya. Dulu yang saya tahu, saya berangkat ada sarapan pagi yang sudah siap dan  semua tinggal santap, ada ayah dengan beberapa lembar rupiah di tangannya untuk uang jajan hari ini siap masuk ke kantong baju seragam ber emblem SD. Yah....semuanya sepertinya biasa saja. Gampang-gampang saja. 

Dulu saya masuk ke dalam kelas, dengan PR yang sudah siap dikerjakan, materi pelajaran anak SD yang tidak susah-susah amat, nilai Seratus siap dicetak di lembar buku tulis saya, teman-teman yang menyenangkan, jarang anak-anak di kelas mengganggu saya, paling masalah besar saya dulu adalah, jam istirahat saya yang kacau gara-gara kakak kelas saya yang menyebalkan, jahil dan suka nakalin. Selebihnya...sekolah adalah tempat yang menyenangkan. Sekolah adalah tempat dimana saya selalu menerima raport dengan posisi 3 besar. Sekolah adalah tempat dimana saya mengantarkan penghargaan-penghargaan penguykir prestasi.

Pulang dari sekolah, saya punya banyak waktu untuk nonton TV, main, baca majalah yang di langgan oleh ibu saya. Masih ingat sekali Majalah Bobo yang selalu terbit setiap Kamis. Ya...kalau dipikir saya benar-benar hidup di dunia sebagai "aku" bukan "kita". Yang saya pikirkan adalah "aku", entah "aku senang", "aku sedih", "aku marah", tanpa berpikir kondisi "kamu" "dia" mereka","kalian" yang penting "aku untung"urusan subjek lainnya terserah Anda. Masalah saya waktu SD hanyalah guru matematika yang galak, celoteh teman-teman saya yang memperolok karena saya anak tunggal, dikata-katain manja, sakit-sakitan dan bermusuhan dengan dokter yang hobbynya nyuntik " ga bilang-bilang. Waktu itu saya tak pernah berpikir, dari manakah uang yang diperoleh ayah saya untuk bayar sekolah, bayar uang jajan, bayar langganan majalah Bobo yang selalu datang tepat waktu, saya tidak pernah berpikir, jam berapa ibu saya bangun menyiapkan sarapan pagi, bagaimana mengatur menu makanan yang bergizi, dan saya tak pernah berpikir apakah selamanya teman-teman sekelas saya selalu baik.

Masuk SMP, saya pindah rumah. Masalah saya, saya kehilangan teman-teman masa kecil, saya kehilangan lingkungan yang Islami, tetangga-tetangga saya aneh. Kerjaannya tiap hari nge-gosip. Saya jalan kaki lupa ga nyapa di gosipin, dapat nilai bagus di sekolah pun juga di gosipin, yang"pasti cuma nyontek lah, inilah itulah...., masyarakat tempat saya tinggal masyarakat oposan. Mereka merasa berhak mengatur hidup saya, dari dimana saya harus sekolah, dan siapa orang yang seharusnya menjadi pacar saya. Ya...karena waktu itu saya mulai beranjak ABG. Dan ga ada aturan Islam yang dipahamkan dan diajarkan ke otak saya, sehingga menjerumuskan saya ke jalan jahiliyah ini.

Tapi sesadis-sadisnya perlakuan "oknum-oknum" yang menyebalkan, saya punya hal-hal yang bahagia. Menurut beberapa orang hal-hal yang membahagiakan saya waktu itu, Saya masuk SMP yang kata tetangga-tetangga saya keren npadahal menurut ukuran saya SMP saya "ecek-ecek". Apalgi waktu itu NEM yang saya punya amat sangat cukup untuk menembus SMP yang lebih Te_O_Pe menurut ukuran saya. Hanya alasan yang dekat rumah, saya masih orang baru belum ngerti jalan. Akhirnya saya nurut.

Saya punya gank yang bersaing dengan gank lain, dan walaupun pernah kalah tapi saya pernah menang. Main labrak-labrakan yang menjijikan seperti di sinetron pun pernah saya lakukan. Itulah kebahagiaan saya, menjadi Queen of the gank.Menjadi yang paling dominan.

Saya aktif di ekstra kurikuler KIR, punya penelitian untuk pertama kali, dan menjadi satu-satunya anak se angkatan yang punya karya tulis.

Saya punya teman dekat laki-laki, kata semua orang di SMP saya. Dia pacar saya. Kata saya, "dia teman" Kami ga pernah bilang cinta dan ga pernah putus, tapi perilaku kami memang mirip dengan oirang pacaran.Dia orang beken, pintar dan mukanya ga jelek-jelek amat. Dan semua mata anak-anak perempuan se-angkatan dan adik kelas, memandang iri dengan saya. Iri untuk sesuatu hal yang sebenarnya saya ga bahagia. Karena di tengah kepura-puraan itu jauh dilauubuk hati saya, saya suka dengan orang lain dan menurut saya dia lebih hebat. Tapi dia sangat baik, menolong saya, memberi alasan untuk menolak"tembakan" kakak kelas saya yang menurut saya ga ada yang bener. Karena kakak-kakak kelas saya yang najong-najong itu jadi berhenti memaksa untuk bertamu ke rumah setiap saya bilang, " si X udah mau main","saya ga bisa pacaran sama kakak, kan ada X" jijik banget deh....Selain itu saya juga numpang tenar, karena meskipun saya punya segudang prestasi si akademik yang bagus tidak menaikan pamor. Yang menaikan pamor adalah "Mbak Pu pacarnya Mas X". Mungkin karena saya yang terlihat bego-bego aja, anti mode dan ga cantik, rambutnya ga bau rebonding,ga bau  toning, apalagi bau kriting koq bisa-bisanya mendampingi seorang X selama 3 tahun penuh di SMP eh salah 2 tahun. 

Tulisan saya selalu nangkring di Mading sekolah dan menjadi The best of....mengundang kontroversi, karena saya mencaci maki fasilitas sekolah saya yang menurut saya ga layak, guru-guru SMP saya yang ga mutu, kurang wawasan dan ga bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan, jam pelajaran yang banyak kosongnya, siswa-siswa yang hobbynya nongkrong di kantin bolos sekolah, pacaran yang ga sehat di dalam kelas, dan mencontek dan memalak uang jajan, pakai sepatu putih, cuma pakai item kalau upacara doang.....hufff saya terlalu idealis dan disiplin.

Saya punya adik, untuk sementara saya menikmati udara kebebasan...

Masuk SMA, hal-hal yang membahagiakan saya...

Diterima di sekolah yang saya inginkan, bukan yang diinginkan tetangga. Waktu itu saya merasa saya berhasil memenangkan pertempuran. Saya hebat, berhasil melawan argumen ratusan penduduk di sekitar saya yang menyaran kan untuk masuk ke sekolah terdekat dengan alasan kemungkinan saya untuk memeproleh beasiswa lebih banyak. Dan dengan sotoynya saya menjawab, "saya ga cari beasiswa, saya cari kemajuan, saya pengen maju, makanya saya mau ngumpul dengan orang-orang yang mau berpikir maju bukan denga orang -orang terbelakang, bukan dengan guru-guru yang ga punya semangat mendidik" Sok banget ya saya ini...hehehe.

Saya punya teman-teman yang cerdas, dan menuntut saya untuk menjadi lebih baik.

Saya punya KIR Dimensi, ekstra kurikuler yang mengantarkan saya menjadi seorang gila riset, karya ilmiah saya naik, ga cuma satu dan meskipun berkelompok tapi tema yang kami angkat lebih keren daripada waktu SMP. Kejuaraanya pun lebih bergengsi. Saya punya banyak jadwal penelitian yang ujung-ujungnya tour bareng.

Saya punya guru-guru yang hebat, berwawasan luas, saya tidak punya jam kosong, kantin saya bersih ga ada anak yang mau nongkrong kalaupu mau, amat sangat jarang dan langsung kena semprot BP.

Saya nekat ikutan jalan-jalan ke Bali dan melewatkan ajang olimpiade sains yang harus saya ikuti.

Dan yang saya anggap tidak membahagiakan:

Saya harus kost, karena jadwal sekolah terlalu padat., sedangkan "Insert Lokal" di tempat saya tinggal sudah meyebarkan gossip saya pulang sampai malam gara-gara saya pacaran mulu di "plaza ( sebuah tempat maksiat di tempat saya tinggal yang sudah amat terkenal).

Saya harus mengatur uang jajan untuk 1 bulan padahal teman-teman saya masih mingguan.

Saya punya teman kost yang ukhti-ikhti dan menurut saya terlalu bawel kalau nyeramahin saya tentang adab pergaulan.

Saya anti Rohis...karena anak Rohis menurut saya meyebalkan...

Saya masuk ke kelas unggulan, dan membuat saya hampir gila karena persaingan di kelas saya membuat saya sesak napas.

Saya dipanggil untuk ikut seleksi siswa teladan, padahal saya mulai menikmati indahnya bolos, telat, merayu satpam, ga ikut upacara hari seninn, bolos pelajaran sejarah karena bikin ngantuk,membohongi guru BP, dan lain sebagainya. Yang pasti jika saya diseleksi saya ga bisa lagi melakukan hal bodoh itu.

Saya kejaring tim Olimpiade sekolah, dan menghabiskan waktu libur dengan menelan suplemen kimia yang aneh bin ajaib yang membuat kepala saya pusing, sedangkan teman-teman saya bebas liburan kemana saja. 

Tapi pernahkah saya berpikir semua hal itu menjadi membahagiakan sekarang...semua hal, entah hal yang sebelumnya memang membuat saya bahagia, maupun hal hal yang dulunya menyebalkan.

Ya...kebahagiaan saya adalah say sukses melalui masa-masa itu dan bisa mnerima skenario Allah yang luar biasa Indah ini. Dan sekarang saya pun menghadapi masalah yang jauh lebih pelik dari itu. Tapi di satu sisi saya bisa mendengarkan dan memberi solusi dengan teman-teman yang mengalami maslah yang sudah saya alami beberapa tahun yang lalu. Ya saya bahagia saya menjadi dewasa.

Selasa, 12 Januari 2010

JANUARI

Januari, semua orang tahu dia adalah bulan yang menjadi pembuka di awal tahun masehi. Januari telah menjadikan dirinya sebagai starting, awalan, awalan yang penuh dengan semangat menggebu asa dan pengharapan bagi kebanyakan orang untuk menjadi lebih baik.

Jujur bagi saya untuk menjadi lebih baik, tak perlu menunggu Januari, namun ternyata tanpa saya sadari, saya pun kadang memulai sesuatu dengan parameter Januari.

Seperti hari ini, saya melihat bulan Januari 2010 di blog saya masih kosong, sama sekali belum menulis, iseng saya flash back. Ada apa di bulan Januari 2009 kemarin.Apakah sekarang saya jauh lebih baik daripada Januari kemarin?

Januari 2009

Saya sibuk menulis tentang adegan bongkar kamar lantaran mau ujian, ketiduran ga ikut aksi palestina, dan kesedihan saya saat melihat pesta kembang api di Jogja karena di belahan lain ada bombardir besar-besaran oleh Israel.

Saya menuliskan tentang resolusi-resolusi saya setahun ke depan, IP harus naik, dan lain sebagainya.

Saya menulis tentang kepenatan di BEM karena harus belajar sambil bikin proker.

Saya menulis tentang perlengkapan P3K yang harus saya persiapkan karena saya jadi koord. P3K untuk pertama kalinya.

Saya menulis tentang pelantikan obama

Saya menulis tentang kesal saya terhadap seseorang.

Akhir Desember 2009

Saya tidak bongkar kamar, karena sibuk kuliah tambahan, persipan mau ujian, dan rapat terus setiap hari. Insya Allah bongkar dan beresin kamar bakal saya jalankan tengah bulan ini.

Saya tidak ikut aksi, tidak menyisihkan uang untuk Palestina. Astaghfirullah apa bedanya dengan tahun kemarin....

Saya nonton pesta kembang api, tapi hampa....

Saya kesepian...

Saya pengen pulang, tapi keadaan memaksa saya untuk tidak pulang...

Dan di loteng tengah malam, sesak napas karena kedinginan....lalu turun, tidur dan bangun pagi tak sabar untuk menjejakan kaki di istana ayah bunda.

Saya menuliskan resolusi, tapi kali ini saya melibatkan orang lain. Untuk pertama kalinya, saya menuylis berbagai rencana, menulis jadwal sambil bertanya,

"Wan, saya boleh KKN?"

"Wan, saya boleh PKL?"

"Wan, saya boleh tetap jadi partimer di Taman Pintar kan?"

"Wan, saya mau punya proyek bla..bla..bla...?"

Dan..

Ada yang dijawab,

"Boleh..."  ada yang "Boleh tapi..." ada juga yang "pokoknya ga boleh, ga bisa diganggu gugat"

Untuk pertama kalinya saya tak seegois biasanya.

Hari ini saya sudah tidak mengeluhkan kepala yang penat karena tabrakan dengan amanah. Yeah...semua baik-baik saja jika kita mempersiapkannya. Renstra, dekanat, cari muka demi dana bisa turun lancar, perhatian dengan adik-adiknya...yah...semua jauh lebih berat daripada mikir proker saat ujian.

Dan sekarang saya sedang belajar untuk tidak kesal dengan banyak orang, mereka semua sayang tapi tidak tahu cara menyayangi kita seperti apa. Semangat, menyambut keluarga Sinergis KOntributif