Minggu, 10 Februari 2008

HOLOGRAM BISA DIPERBARUI

Sejumlah ilmuwan Amerika Serikat hari Rabu (6/2) lalu mengungkap penemuan baru pada teknologi 3-D yang menyediakan data secara realistis dan bisa diperbarui hingga nyaris real time.
Dengan inovasi itu, suatu kali nanti penikmat film dimungkinkan menyaksikan film holografik 3-D (tiga dimensi) sehingga merasa ”berada di dalam” sebuah film tanpa harus mengenakan alat yang merepotkan seperti kacamata 3-D dengan lensa biru-merah. Demikian harapan para ilmuwan tersebut.
Keuntungan bagi dunia militer adalah komandan perang bisa mendapat gambaran 3-D medan perang. Para ahli bedah mikro juga bisa melihat lebih jelas organ dalam tubuh pasien.
Dalam jurnal ilmiah Nature, Nasser Peyghambarian dari The University of Arizona dan koleganya mengungkapkan cara merekam, memamerkan, serta memperbarui citra berukuran 10 cm x 10 cm.
Hologram dibuat dengan cara menyorotkan sinar laser pada obyek yang lalu diproyeksikan ke sebuah layar peka cahaya. Pada saat bersamaan, sinar laser lain dijatuhkan ke layar itu, menciptakan ”pola interferensi”—membentuk kontur gambar film.
Laser ketiga, yaitu jalur cahaya pembaca, diarahkan ke layar sebagai pola interferensi yang memunculkan gambar. Orang di depan layar akan melihat gambar 3-D muncul di tengah ruangan.
Hologram banyak digunakan pada iklan, seni, dan dunia hiburan, namun biasanya gambarnya tidak bergerak.
Walau masih dalam bentuk prototipe, diyakini bahwa suatu hari nanti film 3-D memungkinkan untuk diciptakan.
Rahasia teknologi ini ada pada film yang disebut polimer fotorefraktif (photorefractive polymers) yang mengandung molekul-molekul warna yang bereaksi terhadap cahaya dan berotasi serta berada sejalur saat merespons sebuah medan listrik.
Pada pameran, tim Peyghambarian melakukan pembaruan citra dalam tiga menit, dan gambar itu bisa bertahan tiga jam.
Akan tetapi, efek 3-D ini baru bisa disaksikan pada sudut tertentu oleh orang di depan layar. Jika dia bergerak ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, efek 3-D akan hilang.
Menurut Joseph Perry dari Georgia Institute of Technology di Atlanta, AS, penemuan itu menggembirakan karena polimer cenderung murah dan mudah diproduksi. (AFP/ISW)

Tidak ada komentar: