Selasa, 03 November 2009

MAAF

Maaf, jika aku belum bisa menjadi teman yang baik untukmu. Maaf jika aku belum bisa menjadi saudara yang baik untukmu. Maaf dan maaf itulah kata yang bisa aku ucapkan, mengalir dari mulutku.

Masih terbayang kenangan setahun yang lalu, saat pertama kali aku dipertemukan denganmu. Ya, aku tahu. Kamu telah menancapkan paku di hatiku, menyisakan sedikit tangisan di sudut-sudut senyumanku.

Ada orang yang pernah berkata, demi sebuah kata maaf, dia akan berusaha menutup lubang di hati orang yang pernah dilukainya. Dan kaupun melakukannya.

Kau hapus semua citra burukmu, kau lepas image buruk yang sudah menempel di pandanganku.

Kau memang baik, maksudmu memang baik.

Tapi itu tidak tepat, bagiku memaafkan suatu hal yang mudah tetapi tidak dengan melupakan. Aku berfikir dengan melupakan permasalahan itu, aku akan bisa memaafkanmu. Sedang kamu memandangnya dengan memaafkan harus dilakukan baru kesalahan itu dilupakan.

Kamu selalu memenuhi permintaanku, seolah-olah aku dewi yang meminta dibuatkan seribu candi dalam semalam. Demi sebuah maaf dariku.

Tapi kawan, aku hanya bisa memberikan maaf itu dengan tulus setelah kamu tak lagi bertanya-tanya tentang aku padaku. Aku bisa memberi maaf itu jika kamu tak memberi perhatian yang berlebih untukku. Rumput bisa tumbuh subur biarpun tak disiram, bunga bisa mati karena terlalu banyak pupuk yang dituang.

Sama...aku terlalu kau pupuk dengn cinta yang berlebihan. Kamu takut kehilangan aku, kamu takut aku lari darimu. Sedikit aku bergerak, kamu akan bertanya. "Kamu kenapa?", "Kamu ada apa?"Sedikit aku tak muncul, kamu akn mencariku dan menyerangku dengan pertanyaan-pertanyan yang membuat aku muak dengan semua sikapmu. Dan kamu bertanya, "kamu belum memaafkan saya atas kesalahan setahun yang lalu?Kamu tidak punya kepercayaan terhadap saya sebagai saudara?"

Tolong...diamlah sejenak. Biarkan kepercayaan saya sebagai saudara se-iman tumbuh kepadamu. Jangan paksa saya untuk percaya sekarang, jika saya belum bisa menumbuhlkan kepercayaan.

Biarkanlah ukhuwah itu bersemi dengan sendirinya. Biarkanlah ia tercipta, tanpa harus diciptakan. Biarkanlah bahagia itu muncul, walau tak berusaha diciptakan, meskipun katamu kebahagiaan itu akan tercipta ketika kita menciptakannya. Sudahlah jika takdir mengatakan bahagia, maka kebahgaiaan itu akan datang juga tanpa harus dicari-cari.Pasrah...mungkin.Tapi darpada memaksakan diri. Dan biarkan luka itu mengering kembali, tanpa lobang yang membekas dihati.

Maaf..jika aku belum bisa melupakan.


Inspiring by......orang-orang yang pernah bertanya padaku "Lalu apa yang harus aku lakukan?"

Tidak ada komentar: