Memutuskan untuk menuliskan sebuah kisah pribadi tentang BEM MIPA adalah sebuah pilihan berat bagi saya. Sepintas seperti sebuah CurCol alias Curhat Colongan, sama persis dengan update-an status facebook yang kadang terlalu tidak penting dan sebatas curahan emosi yang tidak terkontrol. Atau, sama dengan tidak mutunya seorang artist yang menulis kisah hidup pribadinya untuk di jual dan memberikan keuntuingan pribadi. Namun saya bukanlah seorang artist dan cerita tentang diri saya bukanlah suatu komoditas bisnis yang pantas untuk di tampilkan dalam tayangan infotainment. Tapi di satu sisi, saya bukanlah seorang pengukir sejarah, yang begitu hebatnya memberikan catatan emas untuk orang banyak, saya hanyalah salah satu bagian dari sekian banyak orang yang memimpikan menjadi pengukir sejarah, tapi dia sendiri tak pernah tahu dan berusaha mencari tahu dimana dia menyimpan pena emasnya. Aih, kadang saya pikir saya tak jauh beda yang dengan seorang pecundang.
Perjalanan di BEM memang saya lalui dengan indah, saya sebut indah meskipun ada juga waktu yang bisa dibilang berdarah-darah. Tapi karena lebih banyak senangnya ya sudah ...lupa...hehe.
Waktu mendaftar sebagai anggota BEM saya masih tak jauh beda dengan kebanyakan orang, pengen ikut, karena pengen dapat banyak pengalaman, dapat banyak teman. Saya belumlah menjadi sosok-sosok hebat yang menghiasi BEM dengan alasan untuk berkontribusi dan memberikan segala hal yang dia mampu agar BEM jadi profesional, hebat, dan lain sebagainya. Aih, saya hanya bocah ingusan berusia 17 tahun yang suka nangkring di kursi depan. Ngga ngerjain apa-apa, cuma numpang mejeng, biar keliatan "ini lo...gw anak BEM"
Tahun pertama di BEM boleh dibilang saya ga ada masalah besar. Saya mendapatkan apa yang saya mau. Jadi ketika ada pertanyaan dari Sekjend BEM 2006 dalam wawancara, "apa yang akan kamu lakukan jika ternyata BEM tidak bisa memberikan apa yang kamu inginkan?", tidak terjawab dengan sempurna. Kenapa???? Karena jawaban hanya disampaikan dengan lisan, tidak dengan benturan langsung dengan kenyataan.
Jawaban yang mungkin sama dengan yang saya berikan kepada seseorang yang bertanya,"jika saya melakukan kesalahan dan orang se MIPA menyalahkan saya, apakah kamu juga akan ikut menyalahkan?"
Yang pasti tahun pertama alias semester pertama di Jurusan BEM saya lalui dengan fun, fun, dan fun. Nulis, wawancarain orang penting, bikin mading, hunting foto, belajar fotografi meskipun cuman bentar sama mbak Icha, diajak ke Malioboro ngejar-ngejar orang aksi, bikin bulletin, didelegasikan ke Research Week, dan banyak lagi. Tapi intinya semua hal yang saya lakukan masih sebatas saya suka dengan apa yang saya kerjakan, saya senang, saya dapat ilmu baru, tapi tidak tahu apakah saya sudah memberikan yang terbaik untuk orang lain.
Lucu rasanya kalau ingat begadang sampai malam di kostan Devy yang lama, barengan sama Alfi Bochiel, menghadap satu komputer, bah...jadul banget, masih pakai komputer, ga kayak sekarang, kalau saya, alfi, dan devy ngumpul pasti mngeluarkan senjata dari ransel masing-masing....Laptop-laptop kami...hihi....
Tiga orang konyol dikumpul jadi satu, ya udah jadi deh...hehe. Lucu kalau ingat tema mading kami dulu, pas mau nampilin foto kabinet, kami bertiga sepakat membuat tema "Senyum Pepsodent" meskipun mading kami tidak di sponsori oleh pepsodent...Jadi kami mencari foto Kabinet dan PH yang Giginya wajib kelihatan...dan sayang sekali, tidak semua orang sadar betapa kami menonjolkan si "gigi " itu ketimbang esensi dari susunan kabinet. Hihi...dulu nakal sekali ya...
Kerja terbesar kami adalah menginisiasi mading semua lembaga untuk di tempel di papan kaca...horeee....keren kan, waktu itu saya terinspirasi dengan grafitty di semarang yang puaaaaaanjaaaaang banget, gimana kalau ada mading yang puaaaaaaaanjang aja deh, ga usah pakai banget,semua lembaga tunduk dan patuh mengerjakan mading untuk kami, jadinya keren deh...menurutku, kalau menurutmu terserah....
Yang nyebelin di tahun pertama adalah bikin SPJ, aseli....bener-bener bikin jengkel, sudah dibuat salah, sudah dibenerin, eh salah lagi, mana ga semua toko punya stempel lagi, huh...kesel. Udah gitu kalau notanya ilang...huwaaaaaa.....ga-ga....;jauh-jauh aja deh dari kerjaan yang merknya "bendahara departement"...dan yang pasti males-malesan nemuin mbak alma, takut SPJnya dicoret...ampuni aku mbak Alma peace....
Masuk tahun kedua di BEM, masa-masa dibawah kepemimpinan mas Aza, mulai belajar dengan banyak konflik, hihi.....mulai belajar tentang kerja-kerja amal, keikhlasan, meskipun sebenarnya yang dikerjain adalah apa yang disukai, eh ga juga ding...
Yang pasti ngerasa masih punya banyak teman, satu departemen dengan Uus,yang sudah cukup kenal, waktu itu cukup kenal bukan kenal banget. Pindah ke departemen Kastrat ternyata cukup sulit juga, sedikit beda dengan Ristek, apalagi berpartner dengan Uus yang sudah dididik ala advokasi,huah....adaptasi banyak deh...
Bikin proker, haaarggg...saya yang biasanya tinggal menjalankan ternyata harus belajar merancang, pakai rebutan segala sama advokasi, aneh...eh ga ding...justru itu orang-orang luar biasa berebut amalan...haha.
Kerja bareng pertama ya, Up Grading, baru merasa kenal dengan sebagian orang, oh yang itu anaknya kayak gitu to, yang ini anaknya kayak gini to, meskipun mulai ada konflik, misal : Sabtu pagi Up Grading, Jumat siang ibu saya telpon ayah saya kecelakaan, aaarrrrrggghhhh.....bener-bener diantara 2 pilihan,tapi waktu itu konflik antara keluarga dengan lembaga belum separah sekarang. Maksudnya ayah saya tidak melakukan trik konyol biar saya sering pulang seperti sekarang.
Lepas Up Grading, langsung deh, waktunya diforsir, dikejar bulletin yang harus terbit, kalau ga terbit kan nanti mau diambil advo ( peace rief^^), ga rela, ga rela....menghadapi virus,dan masalah-masalah lain pun berdatangan, ngumpulin Komed, yang jujur saya dulu ga tahu harus membawa dia ke arah yang mana, dan menjadi "kakak"yang baik buat anak 2008, padahal di rumah adek saya jadi "abang."
Eh...sudah gitu ditambah diminta jadi Panitia Sembilan. Pas di awal sih Koor Media doang, lah koq minggu depan nambah jadi Sekretaris dan Bendahara. Huh...ga mau!!!! enak aja, nyuruh ga bilang-bilang dulu, ga fair...loh...loh...
Kanak-kanak sekali deh waktu itu, pakai nangis -nangis segala di kursi sova BEM yang sekarang patah, hahaha.....kalau sekarang ketawa-ketawa ya...
Di sinilah karier ke Bendaharaan saya dimulai, kalau jadi bendahara itu harus ikutan ngeplotin, megang uang 500 ribu yang bukan uangnya,jadi tahu apa itu DPP SPP, apa itu Kas Bon, tapi ga tahu proses Kas Bon itu gimana, jadi ngerti kenapa harus ada proposal buat nyairin duit, gara-gara proposal hasil karya saya yang asli tidak menjiplak ditolak oleh mbak Bendum waktu itu, karena...kelamaan hom pim pah sama ketua Panitianya ga mau naikin ke dekanat, hu,,,waktu itu masih menganggap Pak Dekan serem, padahal jelas ganteng gitu loh...becanda deng...hu...itu alasan saya sekarang menunggu anak bem untuk bikin proposal tanpa menjiplak dan berani ngasih ke dekanat sendiri, saya tunggu deh ga saya tolak....pas masa itu juga tahu tentang penalangan, dan gimana kalau uang kurang,,,ah...seharusnya saya sudah berpikir sudah ada yang mentargetkan saya jadi Bendum Bem tahun depan, tapi koq ya ga sadar to. Masalah SPJ waktu itu sudah clear, sudah tidak seperti masa awal di BEM. Apalagi laporan keuangan...ihiy...rapi sekali....
Yang bikin repot, paling nagihin orang bikin LPJ, sama repotnya dengan nagihin SPJ....hahay....
Masa selanjutnya saya lebih dibesarin di kerjaan administrasi ketimbang media, meskipun ikut klubnya Pak Yusuf Maulana, dan itu sangant banyak memberikan saya ilmu pengetahuan, tapi tetep aja, kerja saya lebih banyak di bidang admin, apalagi masuk Pascal 2009, saya sukses mencitrakan jadi SE itu enak, padahal,,,sebenarnya ribetnmya juga sama dengan bendahara, masa itu adalah masa dimana saya muali sering diajak ke dekanat, diajak lobby uang, ke bagian keuangan, katanya si SE, tapi kenyataan ngurus uang saya juga punya andil,saya sudah dididik sejak saat itu. Hmmmmm.....
Pasca Pascal saya menderita kejenuhan, sedikit bermasalah, males ke BEM, ga mau bikin bulletin, dan merelakan anak Advo yang ngerjain.....payah!!!!!
Udah males banget sama BEM, BEM ga ngasih apa yang saya mau, dan di sinilah semua itu teruji...
"Jika kamu tidak memperoleh segala sesuatu yang kamu inginkan, apa yang akan kamu lakukan?"
"Apa sih tujuan kamu di BEM?"
"Selama ini bener ga yang dilakuin kerja-kerja amal?"
"Bener....?????"
ahhhhh....perang berkecamuk di kepala saya waktu itu....
Dan...
Pilihan tetap kembali ke BEM, mengisi salah satu peran sebagai Bendahara Umum. Meskipun diawalai dengan beruarai air mata, tapi akhirnya pilihan itu diambil juga. Merasa asing dengan orang baru di BEM, asing dengan ketua baru, karena orang yang jadi ketua BEM sebelumnya belum pernah jadi ketua saya, duh kayaknya menyesal deh si Irwan punya bendum macem gini....
Tapi sekali lagi....pilihan tetap di BEM
Bukan BEM yang butuh saya, tapi saya butuh BEM. Jika saya ga mau jadi Bendum BEM, banyak koq orang yang bisa mengisi peran tersebut, dan mungkin jauh lebih baik dari saya. Saya pikir saya bukan yang terbaik, hanya orang yang terpilih. Memasuki hari ke 161 ini cukup banyak yang bisa saya petik hikmahnya, boleh dibilang ini seperti evaluasi Tengah Tahun, kebayang ga sih waktu pertama kali mencairkan uang untuk konsumsi mahasiswa saat debat TVRI, saya lompat-lompat sendirian di tangga dekanat, meskipun saat sampai di BEM sok-sok elegan dan sadis jalannya. Ketika bertemu dengan para ketua lembaga, jujur saya sempat kecewa, waktu itu yang saya lihat sekian banyak pimpinan itu meyakinkan saya untuk ber"disiplin" dalam mencairkan dana, dan berharap saya memberikan jatah yang besar untuk lembaga m,ereka. Tapi masalah kedisiplinan ternyata sempat mengalaami "nol besar",susah digerakin, meskipun ada juga lembaga yang tepat janji, sempat ngamuk-ngamuk ga jelas, nganggap mereka itu "pria-pria menjengkelkan" padahal saya sendiri juga " Jeng Kelin" huihi....nmereka :Mas Salah saja ya....peace...hanya mau jujur....
Kecewa juga dengan salah satu departemen bem yang saya jatah besar, karena saya mempounyai harapan yang besar departemen itu bia berkembang pesat,tapi justru departemennya bermasalah, sempat kecewa juga dengan bendahara lembaga yang kurang bisa mensosialaisasikan proses pencairan dana, ke bawahan, sehingga saya harus turun tangan ke "jalan". Kecewa dengan dalam BEM sendiri yang susah banget buat digerakin pencairan danya, buat dibuat transparansinya, kecewa dengan teman-teman DPM yang kurang mengerti cara menghadapi orang Koleris Melankolis dan cenderung Perfectionist seperti saya, kecewa sama Ketua BEM, karena kadang ga ada di saat saya butuh,kecewa karena sering dibanding-bandingin dengan Bendum tahun lalu, kecewa...dan kecewa....
Tapi semua itu hanyalah pilihan, jika ada pilihan yang lebih baik daripada kecewa kenapa tidak diambil. Bendahara-bendahara departemen itu sama seperti saya 2 tahun yang lalu, butuh waktu untuk membuat SPJ tanpa cacat, ketua-ketua itu juga sedang belajar untuk menjadi pimpinan yang baik, dan bisa jadi mereka jadi ketua pun juga karena terpilih bukan karena mereka terbaik, tidak semua bendahara lembaga diajari public speaking, mereka tidak seberuntung saya yang sudah did didik dengan llobbying, negosiasi dengan dekanat, dan sebagainya, DPM juga bukan psikolog, jadi mereka perlu juga belajar mengawasi seorang Koleris Melankolis seperti ini, ga langsung bisa mengawasi setelah sekali bekerja sama tentunya, dan dengan ketua BEMnya...ketua itu sibuk ya...wjar koq jika saya harus lebih mandiri,
Dan seperti kata Sekjend BEM 2010, " nikmatilah BEM dengan cinta"....cinta pada kebaikan, menyibukan diri dengan hal yang baik, merupakan salah satu bagian dari perjalanan di BEM ini, jadi kenapa tidak????
Cinta memang tak selama nya merah muda
Kebaikan tak selamanya langsung terasa manis saat dikecap dengan lidah.....
Begitu pula di sini, semoga bisa menyelesaikan Tugas Akhir Fakultas BEM MIPA, dan mempresentasikan Skripsi LPJ nanti saat SUM dengan baik,
Semangat!!!!!!