Senin, 26 Oktober 2009

UNTITLEEEED

Kemarin saya pulang kampung, sekedar meleopas kepenatan kuliah dan aktivitas organisasi. Menumpahkan rindu dengan keluarga adalah hal yang wajar bagi saya, duduk bercengkrama dengan bunda atau menelpon papa, bertanya jam berapa pulang hari ini.
Huh...kadang saya mengeluh, saya terlalu banyak dibesarkan bunda, makanya saya terlalu sensitif, dikit-dikit nangis, dikit-dikit ngeluh. Tapi setelah saya berfikir ulang, sebenarnya saya kurang bersyukur.Saya dibesarkan oleh mereka berdua koq, hanya saja mereka punya cara masing-masing untuk mendidik saya.

Senin, 19 Oktober 2009

DISKUSI

Saya tidak suka diskusi itu saja,,,,

Rabu, 14 Oktober 2009

LAPTOPKU CHEMISTRYKU

Di kampus saya cukup banyak kenal dengan manusia-manusia yang identik dengan laptop. Bukan mukanya mirip laptop....tapi ada suatu keterkaitan antara dirinya dengan laptop. Entah dia seorang yang punya laptop, atau dia seseorang yang jago "mengutak-atik" laptop.
Banyak hal sebenarnya yang bisa saya pelajari dari mereka, mungkin itu pula yang membuat saya terlalu percaya diri membeli laptop sendiri, memilih-milih sendiri, terkesan asal mengambil, tapi sebenarnya selama bebearapa hari sebelum membeli saya ngobrol sana-sini, tanya ke sana kemari, tapi saya tidak mengajak orang yang bersangkutan untuk menemani membeli. Jadi keputusan terakhir saat proses transaksi, jelas di tangan saya.
Ada satu hal saya tak penah menyesal membeli laptop pilihan saya ini, meskipun dari segi merk...ecek-ecek, tidak ada bluetooth, maupun finger print log on apalagi smartface, atau teknologi canggih lainnya, misal pake intel centrino, pakai ATI Radeon atau apalah yang katanya kalau buat nge-game dapet gitu saya kuarang tahu. Yah, saya tidak peduli dengan itu, yang penting laptop ini bisa membantu saya bekerja, eh salah belajar dan berkarya.
Saya pernah ingat dengan kata-kata seseorang,
"Laptop pilihan dia adalah yang terbaik"
Ya...saya pun merasa laptop pilihan saya adalah yang terbaik untuk saya dan tentunya bukan untuk orang lain. Dengan kapasitas harddisk 160 GB, masih cukup menampung data, RAM 1 giga, tidak kurang untuk saya yang tak terlalu up date dengan program-program komputer. Colokan flash disk sampai 4, cukup membantu karena banyak banget orang-orang nyolokin flash ke laptop, apalagi waktu jadi sekretaris. Laptop saya ada, bisa buat express card maupun MMC, cukup membantu ketika saya ingin transfer data dari kamera digital, nge game bisa,nge net oke...oke saja dan yang pasti hobby saya menulis dapat dengan mudah saya salurkan. Mungkin itu yang membuat saya jatuh cinta dengan laptop saya. Dan nama dari laptop yang aneh bin ajaib, menunujkan karakter pemiliknya inilah yang membuat saya susah untuk tukar menukar dengan laptop lain, sekalipunh laptop itu lebih mahal ( kecuali kalau saya sudah butuh lo ya...)
Kemarin ada temen bilang sama saya,
"Saya pengen beli laptop"
"Mau yang seperti apa?"
"Saya pengennya laptop yang merknya "T"
"Kamu ada budget kan?"
"ada"
"ambilah laptop itu, kamu mnatabnya pakai itu"
Kemarin...
"Kata temenku, mendingan pakai yang merk "C"
"alasannya apa?"
"C itu lebih murah, kualitas juga OK"
"Kamu mau milih yang mana?"
"Kalau menurut saya C itu ga terlalu nyaman dipakai, ga tahu kenapa saya lebih suka A daripada C, itu juga harganya setara, kalau T itu emang keren koq, coba saya punya budget seperti kamu, pasti saya sudah beli T, tapi itu terserah kamu."
Tadi...
"Aku menyesal"
"Kenapa?"
"Karena aku mebeli laptop C, mengikuti kata teman, bukan kata hati"
"Oh..."
"Tolong ajari aku..."
"ajari apa?"
"Untuk bisa jatuh cinta dengan laptopku seprti kamu dengan laptopmu"
Mau pingsan...
"Berkaryalah dengan dia, gunakanlah ia untuk sesuatu yang bermanfaat, ketika kamu mampu memberi arti bagi banyak orang dengan laptop itu, pasti kamua kan sayang sekali dengna dia"
"Tapi sulit..."
"Aduh, masalahnya saya dulu milih sendiri, saya ga dengerin kata orang, mantab saya itu ya itu"
Saya terdiam, sejenak berfikir, bagaimana ya.....
Saya sendiri termasuk orang yang cukup sulit untuk menumbuh kan cinta dengan sesuatu yang saya tidak suka. Huh....kadang memang tak bisa dipungkiri ya, ketika kita memilih sesuatu harus berdasrkan kesadaran pribadi, bukan paksaan orang lain. Entah milih laptop, milih SO atau ga, milih ya apa ga untuk sebuah amanah. Tapi sayang kadang ada orang yang "marah-marah" sama kita dengan membesar-besarkan masalah "keegoisan pribadi" Tapi jika dilihat sebenarnya orang yang memaksa kita itu juga egois, dia egois mengingnkan kita selalu siap, selalu ada, tanpa melihat betapa sulitnya kita untuk menumbuhkan "keikhlasan"ketika bilang iya.

Rabu, 07 Oktober 2009

nyemangatin diri sendiri

Fiuh...baru-baru ini saya baru sadar. Ternyata saya ini amat sangat keras kepala ya....hahaha. Parah....ngaca pu...ngaca...Dan sebelnya k-keras kepala-an saya sedang mencapai titik klimaks. Huh....kayaknya orang seluruh dunia yang kenal sama saya lagi kesel abies deh. Gara-gara kelakuan saya yang seenaknya sendiri.
Tolong Puspita, nak....tahukah engkau, semua orang rindu kerja-kerjamu,kontribusimu, bukan tangisan sama ngambegmu yang ga bisa sembuh-sembuh, biarpun umur udah hampir dua puluh.

Kamis, 01 Oktober 2009

CATATAN HARIAN LIBUR LEBARAN part 1

Benar apa kata kebanyakan orang selama ini. Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Dan jika kata kebanyakan orang kebahagiaan itu bukan untuk dicari tapi diciptakan, maka saya akan menambahkan bahwa kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan uang, tahta atau jabatan, maupun pria atau wanita. Kebahagiaan itu kita peroleh dari ketaqwaan dan cinta kita kepada Allah SWT. Segala sesuatu yang didasarkan oleh kecintaan terhadap Yang Maha Agung akan selalu membawa ketenangan jiwa yang luar biasa dalam hidup kita. Satu hal pula yang yang saya rasakan syukuri apa yang ada….maka Allah akan menambah nikmatNya kepada kita.
Inilah catatan harian yang berhasil saya rangkum dari perjalanan liburan yang luar biasa ini :
11 September 2009
Hari-hari di MIPA belakangan ini terasa penat bagi saya. Entah mengapa udara kedamaian yang biasanya meliputi paru-paru seperti lenyap tak berbekas. Berganti gumpalan-gumpalan karbon dioksida yang menyesakan dada.
Pasca PASCAL 2009 ini ada setitik noda yang membuat saya “kemrungsung” dan membuat emosi saya seperti helium yang siap untuk pecah dan meledak membumbung di udara. Dakwah memang mengikat kita seperti tarikan antar molekul, dan jika tarikan itu begitu kuat seperti ikatan hidrogen. Terkadang cukup menyiksa juga, membuat saya merasa sedikit tertekan. Tertekan dengan amanah dakwah ini.
Hari-hari saya begitu futur, agak kesal juga ketika ingin menikmati Ramadhan dengan tenang saya malah dipaksa-paksa diskusi dengan seseorang yang super sibuk sehingga sangat sulit untuk menemui beliau. Berulang kali janji-janjinya dibatalkan dan itu sangat menyebalkan, karena saya jadi kehilangan waktu untuk tasqif.
Belum lagi denga dakwaan “keegoisan” yang terus mengejar-ngejar diri saya, membuat batin saya sangat tersiksa. Pasca PASCAL 2009 ini saya merasa begitu lelah sehingga untuk sementara ingin menikmati waktu untuk saya sendiri bukan untuk orang lain terus, bukan lah hidup itu harus tawazun. Tapi rupa-rupanya sikon sama sekali tidak seperti apa yang saya inginkan. Diskusi setiap hari dan entah mengapa saya justru merasa dicekoki.Capek…..
Itu pula yang membuat saya selama beberapa hari malas berkunjung ke BEM dan justru membiarkanya semakin bertambah sepi. Jahat sekali ya saya ini….Tapi entah futur saya yang terlalu parah atau gimana…dalam kondisi seperti ini maunya ya mau pulang. Itu saja, pulang ke rumah adalah hal yang paling efektif untuk melepas rasa lelah. Refresh bersama keluarga.
Jadi meskipun hari sudah sore, saya tetap memutuskan untuk pulang. Tidak peduli saya sampai rumah sudah terlalu malam, tak peduli dengan tugas I’tikaf yang harusnya saya lakukan, tak peduli juga dengan dealine LPK yang selama ini selalu saya koar-koarkan.
Dan saya amat sangat mengakui hari itu saya tidak professional sama sekali….
12 September 2009
Hal pertama yang menjadi pembelajaran bagi saya adalah….
QS. Al Isra ayat 23
Dan Tuhanmu telah memerintahkan suapaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya…
Tepat hari itu saya memperoleh kabar, bahwa tante saya mau melahirkan anak pertamanya dan sekarang beliau berada di rumah sakit. Tepat hari itu juga saya memperoleh sms dari kakak tingkat,
“pulang ya,koq ga pamitan”
Pffffh…..entahlah pokonya hari itu saya sedang tidak mau tahu dengan kondisi MIPA. Maaf saudara-saudara mood saya sedang jelek, tolong tinggalkan saya sementara waktu dan biarkanlah saya bermain-main dengan dunia saya yang lain.
SMS Reza dan Arief terkait LPK PASCAL pun saya tanggapi seenaknya. Permohonan maaf ke Tata karena saya tak bisa hadir dalam acara Ristekpun saya kirim terlambat waktu. Mohon maaf sebesar-besarnya saudaraku.
Back….to ayat Allah di atas. Apa hubungannya dengan orang melahirkan dan pulang ga bilang-bilang. Yah…begini saudara-saudara. Tante saya melahirkan dengan cara operasi Caesar. Sebelumnya proses kelahirannya itu luar biasa susah. Ayah dan ibu saya dating menjenguk ke rumah sakit. Sedangkan saya memilih untuk tetap di rumah beres-beres dan iseng-iseng bantuin, melupakan masalah yang menggelayut di otak saya.
Tiba-tiba ayah dan ibu saya pulang, ada urusan gitu katanya….
Kata Ayah saya…
“pantas kamu ga ikut…wong si lia tadi jerit-jerit kayak gitu, pasti kamu ketakutan ngeliatnya”
“emang jerit-jerit gitu ya….?”
“Iya…aku sampai kepikir kayaknya kamu mulai sekarang latihan nahan sakit, ga tega aku ngeliat kamu kalau kayak gitu”
Tiba-tiba ibu saya komentar…
“kamu tu jangan samakan anakmu dengan Lia pak….dia kalau sakit diem aja. Paling Cuma tidur, terus bilang ‘jangan ribut, aku sakit…pengen tidur’”
Jujur saya kaget mendengarnya, ternyata dalam kondisi seperti itu Ibu masih membela saya…anak perempuan satu-satunya. Jujur saya jadi terharu juga, ibu saya berkata seperti itu. Padahal jauh di lubuk hati saya, rasa deg-degan itu pasti ada. Dan itu pula alasan saya mengapa saya tidak mau jadi bidan, perawat, dokter dan saudara-saudaranya. Dan mengapa saya merasa jadi koord. P3k itu jauh lebih berat daripada jadi sekretaris, karena tanggungannnya…nyawa. Udah gitu ngeliat orang sakit, saya malah jadi ikut-ikutan sakit. No….no…no…dan untung sekali ayah ibu saya tak pernah memaksa saya ketika saya memilih kimia sebagai prodi pilihan saya. Heran…yang ribut teriak dan ngatur-ngatur justru tetangga saya.
“Koq ga kedokteran atau jadi guru saja, kan prospeknya cerah”
“Pak, bu mbok diingetin putrinya kalau milih prodi itu yang normal, yang jelas kerjaannya apa…masa depan loh buk…pak”
Bla…bla…bla…
Dan saya hanya menjawab dengan senyuman paling manis,padahal jauh dilubuk hati saya bilang…
“suka-suka gua dong, ngapain lu ikut campur”
Tiba-tiba saya memeluk kedua orang tua dengan setulus hati. Beruntung Allah telah mengirimkan malaikat sebaik mereka kepada saya. Yang selalu memberikan saya kebebasan yang bertanggung jawab dan menjadikan saya menjadi seperti apa yang saya mau tanpa takut saya menjadi seseorang yang rusak, karena mereka telah memberikan kepercayaan kepada saya bahwa saya pasti bisa dan tidak akan melakukan kesalahan yang fatal. Inikah yang membuat saya egois sehingga saya menjadi seseorang yang mengikuti kata hati dan tidak bisa mendengar masukan orang lain?
Dan hari itu, saya jadi anak manis….membantu orang tua tanpa disuruh sebagai ucapan terima kasih. Dan…membalas sms….kakak tingkat
“maaaf mbak baru bales, kemarin bingung mau pulangnya mau hari itu atau ga”
Bo’ong….banget…sudahlah taka pa yang penting tidak terjadi keributan karena saya kabur tiba-tiba.
Dan hari ini saya berkata …
“Terima kasih Ya Allah untuk 2 malaikat yang telah Kau kirimkan kepadaku yang telah menghadirkanku ke dunia, membesarkanku dan menjadikanku seperti ini”
13 September 2009
Sadza Naila Maylafaza, itulah nama sepupu baru saya. Fiuh…mbah uti saya sampe belibed memanggil namanya. Memberi nama yang baik itu setahu saya sebagai tugas dari orang tua. Seperti yang disebutkan dalam hadis Rasullulah
Setiap bayi tergadai dan harus ditebus dengan aqiqahnya;disembelihkan kambing pada hari ketujuh, dicukur rambutnya;dan diberi nama ( HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dll )
Dulu waktu saya SMA saya suka sebel dengan nama panjang saya, Puspita Ratri Wulandari. Menurut ayah saya itu artinya, anak perempuan yang lahir di malam hari saat bulan purnama. Puspita itu diambil dari bahasa sanskerta, wajar ayah saya lulusan S1 Pendidikan Sejarah, jadi bukanlah hal yang aneh apabila nama saya mengandung unsur sanskerta. Sudah gitu, type-type nama saya juga cenderung menunjukan sejarah. Sejarah kelahiran saya, hmmmm….kayak ini ya tahun berdirinya masjid demak yang dianalogikan dengan sebuah kalimat. Saya lupa apa itu kalimatnya. Dan nama saya pun juga dibuat seperti itu.
Fiuh…memberi nama yang baik, untuk mengingat-ingat kelahiran saya, maka Puspita Ratri Wulandari adalah nama yang terbaik untuk saya ( kata ayah saya lo….). Tapi dulu waktu SMA saya bener-bener sebel dengan nama saya ini. Kenapa? Karena ada teman sekelas saya yang suka ngata-ngatain nama saya. Katanya puspita itu artinya bunga, jadi artinya “bunga malam”. Enak aja….
Kalau dulu saya marah-marah dikata-katain seperti itu. Tapi sekarang ceritanya sudah dewasa ni,( ehm…ehm…) apalah arti sebuah nama yang penting perilaku saya Insya Allah tidak mencerminkan “bunga malam”. Hoho…sok-sok Shakespeare gitu deh….Ga ding…buat saya nama itu tetap harus mempunyai arti yang bagus, unik, jarang yang makai, wessss…pokoke keren. Hehehe…..
14 September 2009
Kartu ATM saya kececer ga tahu dimana. Hua….jatuh kah, hilangkah….oh…dompet saya bolong rupanya. Mau beli dompet baru ah….tapi masa sih kartu ATM saya hilang. Itu kartu kan saya buat waktu masih SMA. Yupz…orang tua mengajarkan saya menabung sejak kecil, sejak kelas 4 SD saya boleh punya tabungan pribadi, tapi baru boleh punya ATM kelas 3 SMA. Huaaaaa…..Sudahlah lupakan dulu kartu ATM, ingatlah bayar BOP buk….
So….hari ini saya harus ke bank dan membayar BOP secara manual. Repot juga jika kita terbiasa menggunakan teknologi canggih lalu tiba-tiba kembali ke masa purbakala. Kartu ATM lupa naruh dimana, di rumah jauh dari tempat Wi-fi an, hanya handphone yang tersisa. Saya tak bisa membayangkan seperti apa ya saya tanpa handphone, tanpa laptop, tanpa ATM, repot….
Hari itu saya memulai petualangan bayar BOP, hoho….Seperti biasa jika hari lebaran tiba bank Mandiri full, banyak pendatang yang ribut antre di sana. Entah antre di bank untuk menabung, transfer, ataupun mengambil uang secara manual. Atau antrean ATM yang hanya 1 mesin saja.
Jadi sebagai seorang nasabah yang baik, sayapun ikut berbaris di antrean yang cukup panjang. Lama menunggu membuat saya menikmati proses yang kata orang-orang amat sangat menyebalkan. Iseng-iseng saya amati cara berpakaian orang-orang yang berada di dalam bank. Ada pegawai-pegawai bank yang berseragam rapi, dan ada pula nasabah-nasabah yang dating dengan gaya masing-masing. Satu hal yang saya sadari, sepertinya saya satu-satunya nasabah yang dating memakai sandal jepit. Yupz…sandal jepit merk Z…….c warna hitam bergambar bunga, dan ada tulisan “smart and stylist” sudah cukup mencerminkan diri saya. Tiba-tiba saya berfikir,”apa saya salah kostum ya, aneh…memang ke bank harus pakai sepatu?”. Jadi ingat waktu PASCAL kemarin, kalau naik turun dekanat saya harus pakai sepatu. Terus kalau kelupaan terpaksa saya lari kesana-kemari pinjam sepatu hihihi….
Tiba-tiba saya dikejutkan oleh sesuatu hal, seorang ibu-ibu berpakain cukup modis plus high heels super lancip tergopoh-gopoh kebingungan mencari satpam, tidak tahu bagaimana cara mengisi form aplikasi transfer. Tiba-tiba saya berpikiran baru, intelek tidaknya seseorang bukan dilihat dari penampilan saja, tapi bagaimana cara dia bersikap, attitude dan pemikiran di otaknya. Lagipula ke bank kan niatnya untuk bertransaksi bukan untuk pameran, entah pameran kosmetik, prestise, maupun intelektualitas. Jadi sandal jepit dan ga kelihatan intelek, why not?????. Penampilan memang bisa menipu. Tapi yang pasti tidak cukup penampilan saja. Seorang pemimpin pun tak cukup hanya charisma, ya ga sih…?
15 September 2009
Liburan ini saya berencana untuk belajar masak, tidak lucu rasanya di kampus teman-teman putra berlomba-lomba bisa masak, dan alhamdulilah saya diminta menjadi tester masakan…hehehe…tapi saya sendiri tidak bisa memasak.
Ibu saya sudah “ngomel-ngomel” tiap hari.
“Perempuan itu harus bisa masak, gimana nanti kalau mau ngurus keluarga coba?”
Akhirnya kemarin, mumpung libur dan memang lagi pengen masak, saya langsung bertransformasi menjadi chef Puspita. Dengan gaya Sisca Suwitomo, saya mulai beres-beres dapur. Ngecek-ngecek kompor gas, alat-alat masak. Siiiip….kompor gasnya, tabungnya isi semua. Selang gasnya aman. Alat masak komplit, ada yang lucu. Dulu waktu saya kelas 2 SD, ayah saya beli wajan stainless stell gagangnya cuma satu. Lucunya ibu saya tidak boleh memakai wajan itu. Kata ayah saya, “ Ayah beli wajan ini nanti buat dibawakan kakak kalau sudah menikah dan punya rumah sendiri, jadi orang tua kan walaupun anaknya sudah bisa beli sendiri, ga lucu kalau ga ikut bantu-bantu.”
Aneh…..anak baru kelas 2 SD, belum tahu apa itu nikah? Mengapa orang-orang itu menikah? Dan lain-lainya sudah dibelikan wajan coba. Dan hari itu ibu saya menawarkan untuk memakai. Wajannya masih dikardusin, dibungkus plastic di lemari dapur. Untuk beberapa saat saya tergoda juga mau makai, kan wajannya masih bersih bersinar gitu. Tapi ….engga ah, wajan itu belum waktunya saya pakai. Biarlah semua akan indah pada waktunya, termasuk moment pemakaian wajan itu.
Lets….hari itu saya mau ke pasar. Mau belanja, kentang, tepung terigu, telur, susu, dan telur puyuh. Trak…tak…tak dung..dung…petualangan dimulai. Belanja ke pasar, nyusruk-nyusruk di lantai 2. Nyari telur puyuh di sebelah mana ya..aduh jadi inget waktu SMA, waktu MOS saya dapat tugas bawa telur puyuh warna putih. Dulu saya dibelikan teman, aduh belinya dimana ya.
Akhirnya saya pulang tanpa telur puyuh. Sudahlah pakai telur biasa saja. Acara masak dimulai. Ini merupakan kontes masak paling aneh dalam hidup ibu saya. Di dapur tidak hanya ada alat masak dan bahan-bahan. Tapi ada laptop tempat saya bertanya tentang resep masakan yang sempat saya copy paste dari internet, plus handphone ayah saya komplit dengan headset di telinga. Udah gitu satu tangan megang sendok penggorengan, satu tangan megang hape…smsan.
Ibu saya Cuma geleng-geleng kepala, melihat kelakuan anak perempuanya yang di atas normal ini. Sambil komentar sana-sini,
“Aduh…kentangnya koq masih setengah matang sih.”
“Aduh…ini adonannya koq malah ditinggal nge game….”
Sampai akhirnya…tara….kroket kentang ala pu siap disajikan. Sambil menunggu adzan maghrib, saya taruh kroket di meja makan.
Adzan…..saya buka tudung saji….
Loh…masakan saya ilang…..ga mau..ga mau saya belum nyicipin.
Tiba-tiba…..buron pencuri kroket muncul di hadapan saya dengan wajah tanpa dosa.
“Kak, kentang bulatmu enak tuh, mau ga masih secuil”
Tidaaaak….tapi tadi dipuji enak. Ga papa ah….kentang abies berarti masakan saya emang so sweat…hehehe.
16 September 2009
Karena sedang sumpek dengan MIPA, belakangan ini saya kangen banget dengan masa-masa SMA. Sepertinya menyenangkan sekali mengingat masa-masa independen itu. Masa diman komunitas saya amat sangat berbeda dengan komunitas saya sekarang.
Bukan….bukan komunitas saya yang sekarang tidak nyaman bukan. Komunitas saya yang sekarng jauh lebih indah. Insya Allah….jauh lebih CERAH. Tetapi tetap saja saya kangen dengan hal-hal bodoh yang saya alami di masa putih abu-abu itu.
SMA…SMA….sekarang SMA saya sudah mengalami perkembangan yang luar biasa. Spanduk bertulis Rintisan Sekolah Bertaraf International terpampang dengan gagahnya. “ To reach great achievement based on belief in God and to produce compatible graduate nationally and internationally.” Busyet dah…apaan itu artinya.
Sekarang SMA saya full AC dimana-mana. Hampir semua bangunannya lantai 3. Semakin banyak rupanya ruang kelasnya. Hmmm….entah berapa jumlah ruangannya, tapi buat saya, tangga tetaplah bagian yang paling indah. Mengapa? Hmmmm…ada deh. Ada satu alasan yang tak bisa saya ceritakan di sini.
Huhuhu….tib-tiba saya pengen nangis…
Saya kangen…
Adhi…teman sekelas saya yang paling pinter, yang punya rumus cepatjauh lebih canggih daripada bimbel paling bagus se-wonogiri…
Tito…yang jago banget gambar, apalgi bikin gambar rumah tingkat yang menurut saya terlalu rumit …
Anggita…anak pendidikan biologi
Gatot…Rekor 3 tahun, saya satu kelas terus…
Iwan…ketua OSIS yang amat sangat “buaya”
Hanan….yang pernah member saya kejutan “sekantung plastic roti molen panas”, dan setia mendengar cerita bodoh saya
Hita….simpei…
Yesi…ini mah tiap hari ketemu
Ari….yang pendiem
Mpok yuyun…yang hobby jualan Sophie Martin
Phie…teman sebangku yang karakternya 180 derajat dengan saya.
Dika…teman wisata kuliner
Sance….fans berat pak satpam
Ira…anak si bapak kepala sekolah
Rita…si melankolis
Lia….yang manis
Sari…hoho…jadi merasa pendek kalau berdiri di sebelahnya
Ambar…teman sebangku waktu kelas 2
Argo…mas argo…mas…mas…
Huhuhu…dan masih banyak lagi teman-teman SMA yang lainnya….Huhuhu….kangen mengejar tukang tempura, jajan chocolatos bareng, hwaaaa…kangen ngeles privat kimia satu-satu.
Kangen…..kangen….sekarang mereka sudah seperti apa ya?
Makin tambah tua?
Makin tambah dewasa?
Atau makin kekanak-kanakan saja….

17 September 2009
Meskipun sekian hari pikiran, dan tubuhku terus bermain-main dengan dunia SMA, namun entah kenapa, tiba-tiba ada sesuatu yang kurang, ketika berhari-hari tak kusentuh cerita tentang MIPA.
Uus…ajeb…devy….mita…dewi…irwan…andre…arief…eka…hezti…nisa…warda…pandu….hua….masih banyak lagi…..
Kangen…>,_,<
18 September 2009
Ada orang yang pernah bilang ke saya, “pu kamu selalu ngebahas yang kecil-kecil dan ga penting, masalah kecil akan jadi besar”
Jleb….sakit dengernya….
Eh…kemarin ada yang bilang
“ada satu hal yang tak pernah saya lupakan, kamu pendengar yang baik, dan mengingat-ingat hal-hal kecil”
Hua….tiba-tiba saya jadi terharu.